Langsung ke konten utama
SEBUAH NASKAH DRAMA
 Pemilu di masyarakat Di sebuah desa terpencil di pinggiran kota. Desa kecil dengan masyarakat kecil. Duduklah dua orang ibu-ibu, yang terlihat begitu capek
Markonah : “ bu, gimana harga barang-barang makanan?”
Bufatin : “ halah, bu, masih tetep mahal, ndak turun2, dadi mesakne pa’e thole”
Markonah : “ iya lho, bu, katanya malah mau mahal lagi”
Bufatin : “ howalah,, bu,, bu,, malah tambah soro, sak iki, yo.”
Markonah : “iyo, bu, mumet mikirne barang2 larang, urung juga mikirne SPP ne thole”
Bufatin : “eh, itu bu, katanya mau ada pemilihan lho”
Markonah ; “ howalah, bu fatin, itu tak jarno bu, aku ndak mikir, penting mikir awake dewe” Tiba-tiba ada masyarakat berkumpul di dekat tempat ngobrol dua ibu-ibu itu. Perkumpulan itu sangat ramai, ada orang berorasi.
Markonah : “ono opo, kae bu?”
Bufatin : “embuh, ayo lihat wae” Kedua ibu2 itu mendatangi keramaian tersebut.
Orator : “ saudara-saudara sekalian, apabila anda memilih memilih Ibu Cemplon, S.H, dalam Pemilu tahun ini, maka wanita-wanita disejahterakan. (masih terus berkoar-koar)
Sumini : “eh, bu Mar, Pemilu ki panganan opo tho?”
Markonah : “embuh, bu, aku rung tau ngerti panganan koyo kui, bu fat kui lho, paleng ngerti” (melihat kea rah bu Fatin) Sumini : “ bu Fat, Pemilu ki panganan, opo rupo opo tho?” Bufatin : “howalah, bu, Pemilu ki milih calon pemimpin, seng makili daerahe kita ini, bu, kalau kita ada keluhan apa, gitu, pemimpin seng nyampein” Sumini & Konah : “ owh…..owh.. ngunu tho bu, lha sampean kok ngerti?” (melongo) Bufatin : “ hehehehehehe.. aku diomongi Gimin, anakku seng kelas enem SD” Sumini & Konah : “ owlah.. bu, bu, tak kiro” (tambah melongo) Bufatin : “ wes, bu, dengerin wae itu” Orator : “ jangan lupa, saudara-saudara, pilih Bu Cemplon, S.H, calon yang merakyat, Koleratif, Humanisme, anti Westernisasi, memiliki Nasionalisme yang tinggi, karena beliau calon wanita yang menegakkan Feminisme. Jangan lupa, saudara-saudara. Bila beliau terpilih, internet masuk desa, jadi saudara-saudara bisa Teleconference dengan Bu Cemplon, S.H. jangan lupa, pilih Bu Cemplon, nomor 35 dari Partai Kedaulatanj Intensi “ (orator pun selesai, dengan orasinya , perkumpulan pun bubar. Markonah dan Sumini tengah ngobrol. Sementara Bufatin ngobrol dengan Orator) Markonah : “ Bu Min, aku mau gak mudeng maksude opo” Sumini : “ opo meneh, aku, bu. Huh… ra ngerki karepe opo” (sambil garuk-garuk kepala) Markonah : “eh, bu, Bu Fat kae ngobrolin opo tho, karo wong kae” Sumini : “ embuh lah, bu. Paleng mbahas enet-enet mau, embuh opo. “ Markonah : “ iyo, kayaknya bu. Ngomongin nisme, trus Wesenisasi kae, karo alat opo mau, mbuh lah” Sumini & Konah: “ haahhahahahha…hahahah.. iyo.. bener, nggak mudeng blas..hahhah” Ketika mereka tengah asyik tertawa, datanglang Bufatin. Bufatin : “ eh, bu. Ngapain ketawa-ketawa ngono?” Markonah : “ endak bu, nginget2 omongan orang tadi, jadi pengen ketawa” Sumini : “ iya lho, bu. Omongannya nggak mudengi. Opo meneh arepe dibangun cenet-cenet ngunu, neng desane dewe hehhh” Bufatin : “ owalah, ngunu. Itu, desa kita mau dikasih internet gitu lho. Aku yo kurang paham, Cuma sering ngerti dikasih tau Gimin, heheh” Markonah : ‘ eh, bu Fat, tadi ngobrolin apa tho, sampean?” Bufatin : “ ah, endak bu. Cuma cerita-cerita tentang desa kita aja.” Konah & Mini : “oooooooooooohhhhhhhhhhhhhh……….(melongo dengan tampang bingung) Bufatin : “ eh, bu, besok ada kumpulan di Balai lho, jangan lupa, jam wolu yo. Disuruh pak/ bu kades. Konah& Mini : “ njeh bu.,,,,,” Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Keesokan harinya. Ada perkumpulan di balai desa. Warga duduk rapi sambil mendengarkan pidato dari anggota KPU. KPU : “ bapak-bapak ibu-ibu sekalian, sebentar lagi kita akan mengadakan Pemilu. Saya mendapatkan tugas KPU Pusat untuk menyosialisasikan Pemilu kepada warga desa di sini. Oleh sebab itu, saya menghimbau kepada warga yang belum tercantum namanya dalam DPT, harap segera melapor ke perangkat desa setempat. Karena Pemilu akan menentukan wakil Bapak2 dan Ibu2 yang akan menyampaikan aspirasi ke Pemerintah Pusat. KPU sebagai pelaksana Pemilu, akan bekerja secara Dekonstruktif, berkorelasi pada kejujuran. Tidak ada money politics dalam pemilu. Jadi, pilihlah tokoh yang tepat. ” (warga hanya terdiam melongo, mendengarkan pidato Anggota KPU tersebut. Karena tidak mengerti istilah-istilahnya) Pidato pun selesai, warga bubar kembali dengan seribu tanda Tanya. Trio Obrol pun tetap bersatu. Bufatin : “ ibu-ibu tadi mudeng nggak, tho?” Markonah : “ halah, bu, untuk apa mudeng kayak gitu, nggak ada untungnya, penting bisa makan” Sumini : “ bener kata bu Mar. saya ndak paham blas, ngomong muni Potilik ki opo, bu, bu, mumeti” Bufatin : “ owalah, kalau aku mudeng-mudeng dikit, bu hehheheeheh, (nyengir) . eh, ibu-ibu pilih yang mana, calonnya?” Sumini : “ huh.. bu, podo wae kayane, ket mbiyen tetep begini, ndak ada perubaha. Sopo-sopo seng dadi, jar-jarno” Markonah : “ iyo bu. Lek wes dadi yo lali. Beras panggah larang. Opo-opo mundak, bu. Heheeh. “ Bufatin : “ iya, she bu. Mereka Cuma janji-janji wae. Tapi kan, itu nentuin pemimpin kita tho, bu. Bila kita salah milih, gimana ? hayo? Markonah : “ jiarno bu. Penting Pa’e thole jek iso golek duwet. Eh, bu fat kok Tanya kita milih siapa, lha bu Fat sendiri milih yang mana? Sumini : “ iyo, bu fat, pilih seng endi sampeyan, ? aku melok-melok wae’ Bufatin : “ hemmm.. hem… lek aku penak wae, bu. Aku milih seng ngekei beras karo duwet wae, genah.” Mini & konah : “ hahahhaahha..hahaha. hahahaahahahaha… iyo bu.hhaha” Mereka pun, tertawa bersama. Walau tidak tau apa yang ditertawakan. .. .. Oleh : Dunia Milik Kita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAGU YA SAMAN PALEMBANG & LIRIK BESERTA ARTINYA

ini lagu tentang mangcek nyari bini ngelek gelumbang perahu bidar di sungi musi, jnganla lupo meli telok abang , cantek rupo penyabar dan baek ati, adek manis brambot panjang di koncet kepang, lika liku banyu batang hari sembilan , mengaler bermuaro ke sungi musi jugo , elok la ku ngai si rupo cindo menawan , muat kakak siang tekenag malem tejago , pulau kemoro mela sungi musi ke sungsang, nak ke pusri laju tesasar ke kali doni, badan saro pekeran resah ati teguncang, ngarep ke adek kalu be galak jadi bini, ay ya ya ya , ya saman, pecaknyo mudah tapi saro nian, ay ya ya ya , ya saman, nyari bini yang bener bener setolok'an, ay ya ay ya , ya saman , pecaknyo mudah tapi saro nian, ay ya ya ya , ya saman, nyari bini yang bener bener setolok'an, ay ya ya ya , ya saman, ya saman ya saman yaa saman, archamtha.blogspot.com nyelek gelumbang perahu bidar di sungi musi , jnganla lupo meli telok abang , cantek rupo penyabar dan baek ati, adek manis br...
Tema : Hobi ANTARA NGOPI, KOPI DAN HOBI Fino di kamar sempitnya yang tertata rapi. Fino bermain dengan laptopnya sambil meminum segelas kopi kesukaannya. Di sampingnya terdapat Stik Game yang tidak tercolokkan. Fino mengumpat sambil meremas pinggiran laptopnya “ huh, katanya main game tu seru. Apaan,udah gonta-ganti puluhan game aja, masih nggak enak.” Fino kemudian meminum segelas kopi panas dengan mata terpejam, “huft, enak”. Tiba-tiba Hape Fino bordering, lalu dia mengangkatnya. “ halo, ngapa Bud?” “ oh, Fin, aku punya game baru nih. Mantap bro, gem strategi sama petualangan. Mau nggak?” : “ halah, Bud. Kamu udah nawarin aku banyak game dari kemaren. Masih sama aja, nggak enak. Cuma numpuk di memori” “ aduh, fin. Kamu tu gimana tho. Anak muda bro” “males, ah Bud. Muak aku main game, nggak enak sama sekali” “ Nggak mau, nih?” “ Nggak, ah Bud. Enakkan ini” Fino kembali menghirup kopi miliknya dengan mata terpejam. ini enak banget. Kopi Pegunungan Asli. Heheheh” ” ha...
PUISI Penganten Pesisir Mardi Luhung Aku datang dalam seragam penganten pesisir seperti arak-arakan masa silam jidor, kenong, terbang, lampu karbit menggiring di depan para pesilat bertopeng monyet celeng, macan, dan juga kancil berjumpalitan mercon sreng sesekali mewarnai langit aku datang dalam muasal bercinta seperti dulu ketika kita sama-sama punya pagi sama-sama mengumpulkan telur-telur sembilang lalu dikeringkan kemudian digoreng ketika senja menyelinap di jajaran macapat-macapatmu yang kini tinggal bisik dan tahukah kau yang paling aku benci? adalah ketika kita sama-sama ke sekolah dan sama-sama disebut : “Orang Laut” orang yang dianggap kosro kurang adat dan keringatnya pun seamis lendir kakap yang sebenarnya sangat mereka sukai aku datang dalam itikad berumah tangga melengkungkan janur, membikin primbon bahagia dan mengharapkan lahirnya bocah-bocah pantaimu tapi, seperti juga mercusuar yang kini tinggal letak ...