Tema : Hobi
ANTARA NGOPI, KOPI DAN HOBI
Fino di kamar sempitnya yang tertata rapi. Fino bermain dengan laptopnya sambil meminum segelas kopi kesukaannya. Di sampingnya terdapat Stik Game yang tidak tercolokkan. Fino mengumpat sambil meremas pinggiran laptopnya “ huh, katanya main game tu seru. Apaan,udah gonta-ganti puluhan game aja, masih nggak enak.” Fino kemudian meminum segelas kopi panas dengan mata terpejam, “huft, enak”. Tiba-tiba Hape Fino bordering, lalu dia mengangkatnya.
“ halo, ngapa Bud?”
“ oh, Fin, aku punya game baru nih. Mantap bro, gem strategi sama petualangan. Mau nggak?”
: “ halah, Bud. Kamu udah nawarin aku banyak game dari kemaren. Masih sama aja, nggak enak. Cuma numpuk di memori”
“ aduh, fin. Kamu tu gimana tho. Anak muda bro”
“males, ah Bud. Muak aku main game, nggak enak sama sekali”
“ Nggak mau, nih?”
“ Nggak, ah Bud. Enakkan ini” Fino kembali menghirup kopi miliknya dengan mata terpejam. ini enak banget. Kopi Pegunungan Asli. Heheheh”
” halah, Fin. Nggak gaul lho. Kopi mulu yang diurusin. Padahal udah susah-susah dicariin game nya. Nggak tau terima kasih kamu Fin. Yaudah, aku main game dulu aja, kamu nggak asik Fin”
“ terserah, kamu.. lah. Puas-puasin aja kamu mainin game nya. Kayak anak kecil” Fino mematikan Hape nya. Dengan hati mendongkol pada temannya, dia merebahkan diri di atas kasur untuk melelapkan diri.
Suasana pagi hari yang indah, burung berkicau dengan Fino bersantai di teras rumahnya yang terdapat dua kursi yang mengapit sebuah meja kecil. Fino duduk di kursi sambil bermain hape dan di atas meja terdapat satu gelas bening berisi kopi yang baru dibelinya di toko langganannya dan di sampingnya terdapat sendok. Fino meminum kopi tersebut dengan memejamkan mata seperti terbang di angkasa. “duh, segarnya ini” ujarnya sambil mendentingkan sendok ke arah gelas kopi miliknya. Hape Fino bordering, dia kemudian menerima panggilan di hape nya. Tertulis nama Ilham Cekedot di layar hape miliknya.
“ halo, ada apa Ham?”
“ hai, Fin, lagi ngapain kamu?”
“ Nggak apa-apa kok. Lagi santai di rumah”
“ Main ke sini, lho. Ke tempatku, kita main gitar sambil nyanyi bareng bro. “
“ ah, enggak Ham, males ah. Kurang kerjaan bro”
“ Aduh, kuajarin lagi ah. Gimana? Oke?”
“ nggak Ham, aku capek belajar gitar, nggak asik ah. Buktinya sampai sekarang aku nggak bisa heheehh. Mana jariku udah lecet-lecet nih. Mendingan ini Ham” ucap Fino sambil meminum kopi di sampingnya yang masih mengepul dengan mata terpejam. “ ini, Kopi yang baru beli, Robusta Arabic bro, nikmat banget sensasinya hhahh. Bikin hati berdesir hahahaa” tak lupa pula, ia mendentingkan sendok ke gelasnya.
“ Nggak asik, ah kamu Fin.” Ujar Ilham sambil merengut kecewa “Ngopi mulu ah. Kayak orang pegunungan aja. Sekali-kali Fin, menikmati hidup dengan lagu. Cuma kopi aja yang diurusin ah. Nggak asik kamu Fin.”
“Maksud kamu apa Ham, ngatain aku kayak gitu?. Daripada kamu, mainin gitar nggak jelas, kayak pengamen aja”
“eh, malah ngatain aku kauayk pengamen. Sialan kamu, Fin. Daripada ngopi gitu, apa asiknya. Mendingan kamu tuh, minum susu biar kelihatan gemuk, nggak kurus kayak gitu. Mirip tengkorak berjalan”
“ Eh, sialan kamu Ham. Huh, kamu tuh, mendingan ngamen aja sana, dapet uang.”
“Ya udah law nggak mau, nggak usah menghina. Ngaca, makanya. Percuma aku ngapalin Chord Gitar baru, padahal mau ajarin kamu. Eh, ternyata kamunya kayak gini. Tengkorak lo. udah ah, Fin”
“ Huh, daripada pengamen. huh” balas Fino sambil memencet tombol telepon dan menaruhnya di meja. Fino meminum kembali kopinya sambil mata terpejam. Di saat seperti itu, Ibunya Fino datang membawa toples berisi kacang telur dan sebuah piring berisi keripik Ubi . Fino melihat ke arah ibunya.
“ Lho, Bu. Enak banget tuh.”
“ nih, Fin. Ibu dapat kripik ubi sama Kacang Telur dari Bu Warno. “ ucap ibunya sambil menyerahkan toples dan piringnya pada Fino. “ wah, cocok banget Bu” kata fino tersenyum meringis. “ lha iya, kan biar kamu ngopi tu asik, Fin. Iya tho” kata ibunya sambil duduk di kursi di samping Fino. ” weh, Ibu nih ngerti banget tho. Biasanya kalau kayak gini, Ibu ada maunya, hayo” ucap Fino sambil memandang curiga ke arah ibunya. Ibunya menimpali “ heheh, kamu tau aja Fin. Yaudah, kamu kan udah Ibu kasih cemilan, tapi kamu jagain rumah ya, Ibu mau diajak Bu Darso ngelihat-lihat baju diskon di Plaza Store. Mumpung hari Sabtu, kalau besok pasti susah , kan ayahmu libur kerja.”
“ kan, Ibu ada maunya deh, kemarin juga ngomongnya gitu. Hehhe”
“ Udah, ah. Ibu berangkat dulu ya” tukas ibunya lalu berdiri meninggalkan Fino sendirian, walau ditemani segelas Kopi, setoples kacang telur dan sepiring keripik ubi yang menarik hati. Fino menikmati harinya tanpa seorang teman yang diajak bercerita. Kesenangan dengan segelas kopi mengalahkan segalanya.
Setelah beberapa hari lamanya. Suasana malam dengan taburan bintangnya tanpa cahaya rembulan. Di sebuah warung kopi. Fino, Budi dan Ilham duduk mengitari meja. Dengan masing-masing menghadap laptop dan di samping laptop terdapat gelas berisi kopi Robusta Arabic dan sendok kecil, dimana ada Budi pasti terdapat Stik game, walau masih tergeletak nganggur. Di warung tersebut terdapat lima buah meja dengan 4 kursi di masing-masing meja, kecuali meja Fino. Hanya tiga meja yang terisi penuh dan satu meja kosong. Satu meja yang berisi tiga orang hanya meja Fino. Ilham memegang Gitar dan memainkannya sambil menikmati setiap dentingan senar dari gitar yang dimainkannya. Budi memegang mouse dan memainkannya di laptop, sebuah game strategi baru yang didapatkannya dari mendownload di situs langganannya. Fino bermain hape barunya yang sudah berbasis android, tentunya .
“ Akhirnya kita bisa ngumpul heheh” Fino memulai pembicaraannya dikala kedua temannya asyik dengan hobi masing-masing. Ilham pun menimpali omongan Fino sambil meletakkan gitarnya di samping kursinya “ iya, kamu sih Fin, sama Budi sama aja. Beda hobi denganku”. Tak mau ketinggalan, Budi berhenti dari aktifitas memainkan game nya “iya, memang. Fino suka ngopi, diajak main game nggak mau. Trus Ilham, mainin gitarnya mulu.”
Ilham dan Fino tertawa.
“ iya, ya. Eh, kayak kamu nggak aja. Game mulu yang diurusin hahaah.”
Tak mau kalah dari ledekan Fino, “ eh, hobi bro. anak muda, kan apdet terus”. “ halah, apdet kok apdet game sih, huu” Fino yang tak mau kalah, menimpali. “ Udah, ah. Kayak anak SD aja, sih. Kayak gitu diributin.
“ oke, sekarang kita udah bersatu. Hahahh kayak apa aja” Budi mengalah duluan. “ Ya, kita bersatu. Bhineka Tunggal Ika. Hahahaha” Fino masih tak mau kalah. “Bro, udah lama banget kan, kita nggak kumpul kayak gini. Semenjak kita punya hobi sendiri-sendiri” Ilham mulai berbicara sedikit serius. Mereka bertiga dulunya adalah sahabat karib yang selalu kumpul bersama di masa SMA. Semua teman-temannya sampai iri pada kekompakan mereka. Namun, kebersamaannya pudar saat masa kuliah menjelang. Mereka memiliki hobi masing-masing yang berbeda, otomatis kebersamaannya hilang. Fino yang memiliki rencana untuk menyatukan mereka kembali. Ide menyatukan kembali teman-temannya bermula dari Ibunya.
Saat Fino menonton televise ditemani segelas Kopi Arabica, Ibunya duduk di sampingnya.
“ Fin, kok kamu udah lama nggak kumpul sama Ilham trus Budi sih”
“ Enggak ah, Bu. Males aja”
“ Kamu ada masalah tho. “
“Enggak kok, Bu. Males aja”
“ Kalau nggak ada maslah, kok sampai foto kalian yang di kamar itu, kok dibuang”
“ Nggak Bu, males aja”
“ Eh, itu kan temen deket SMA mu tho. “
“ Ibu, nih. Bela-belain mereka. Biarin aja ngapa”
“ Fin, coba kamu inget-inget deh. Siapa coba, yang mbantuin kamu seleksi di Universitas Negeri?. Kamu masih inget nggak. Trus yang bantuin kamu nyari ngurus semuanya?. Temen-temen kamu, Fin. Waktu kamu kehujanan dari kampus, trus ban motormu bocor, siapa coba yang nolongin kamu trus nganterin pulang. Ya, Ilham sama Budi Fin”
Fino hanya terdiam dengan mata berkaca-kaca. Dalam hatinya ia mengamini perkataan ibunya. Ibunya melanjutkan kembali “ Yaudah Fin, untuk membalas kebaikan mereka sama kamu. Kamu ajak mereka kumpul.”
“dimana Bu? Kita kan punya hobi yang berlaianan sekarang. Gara-gara itu, kita nggak kumpul lagi”
“ Ya, kamu cari tempat yang bisa buat menyatukan hobi kalian”
Fino ingin mengatakan sesuatu tapi Ibunya sudah memotong duluan. “ Udah, entar aku bilangin ke Ibu mereka. Oke?”
Warung kopi, selain tempat untuk menikmati hobinya, Fino berfikir bahwa warung kopi bisa untuk bermain gitar dan bermain game yang menjadi hobi kedua temannya.
“ bener, Ham. Kita udah bisa ngegame bareng.” Ujar Fino.
“Ini berkat idenya Fino.”
“Ngopi bareeeng” ujar Budi dengan semangatnya. Lalu ketiganya meminum kopi dengan mata terpejam. “ dan juga, Nyanyi bareeeeeeeeng” kata Fino yang tak mau kalah.
Ketiganya tertawa bersama-sama sambil benyanyi dan bertepuk-tepuk, Ilham memainkan gitarnya. Suasana kekompakkan yang sudah lama tidak dirasakan. Lagu Pop dan Dangdut mengalun merdu.
Wih.... keren banget.... gue banget thuuu
BalasHapusOh.. sama2
HapusThakns
BalasHapus